Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Senin, 06 Februari 2017

Di Tengah Kerumunan

Apa yang engkau lakukan di tengah kerumunan? Apa yang harus engkau lakukan untuk engkau yang kelihatan? Apa yang harus engkau lakukan untuk engkau yang bisa dipandangi berpasang-pasang mata yang ada di sana? Apa?

Engkau sampai lupa tentang engkau yang sebenarnya. Semakin banyak pergi ke tengah kerumunan, engkau semakin pandai berdusta dan bermain tipu daya. Engkau menghadirkan yang bukan engkau hanya untuk tepuk tangan dan untuk mereka. Engkau mulai lupa dan menjauh dari engkau yang sebenarnya. Engkau mulai berlatih untuk pergi dari engkau dengan segala bentuk kebohongan.

Engkau?

Engkau memang tidak akan terus menjadi engkau yang sekarang engkau. Engkau akan terus menuju engkau-engkau yang lebih engkau. Akan tetapi kebohongan hanya akan menjadikan engkau yang bukan engkau. Berkembanglah dengan engkau. Jujurlah!

Aku mencintaimu yang jujur.

Selasa, 17 Januari 2017

Matahari Mencintai Tumbuhan

Pada pagi-pagi matahari selalu bangun lebih pagi dari bangunku yang terpagi. Dia rajin sekali. Di saat pagi-pagi hujan deras dan di saat itu matahari curang sekali. Aku kedinginan dan terbangun tetapi matahari tidak ada pada pagi-pagi itu.

Matahari.
Matahari yang mencintai tumbuhan tetapi orang-orang yang pikirannya masih terlalu pagi mengatakan bahwa tumbuhan mencintai hujan.

Ternyata saat hujan pagi-pagi dan aku kedinginan, ada yang lebih curang! Hujan membelai tumbuhan dengan airnya, membasahi. Akan tetapi matahari harus tetap pada posisinya, jauh sekali.

Matahari mencintai tumbuhan dengan jarak!
Bagaimana bila matahari lebih dekat lagi. Tidakkah terbakar tumbuhan itu?

Matahari mencintai namun tidak sanggup mendekati.
Matahari selalu ada bahkan waktu sudah tidak pagi-pagi. Hanya karena kamu tidak melihatnya.
Apakah itu malam bagimu bila matahari tidak ada?

Lalu hujan turun saat malam.
Apakah kamu ingin segera pagi-pagi?

Senin, 12 Desember 2016

Mengapa Harus Biasanya

Biasanya mereka mencoba seratus kali
Lalu ada yang bangga karena hanya mencoba sepuluh kali saja
Kenapa kamu bertanya saat aku tidak pernah berhenti
Walaupun aku harus mencoba lebih dari seribu kali
Tidak ada cukup waktu katamu?

Mereka berceloteh dan berkoar tentang kebanggaannya
Sedangkan aku memilih untuk menikmati kecintaanku
Di mana letak kebodohanku?
Aku sedang berbahagia dengan rasa cinta yang menumbangkan logika

Bila sudah tidak ada cinta
Hidupmu bisa berakhir kapan saja
Walaupun kamu masih berjalan-jalan di dunia
Oleh sebab itu
Bila saatnya tiba
Aku hanya ingin terbaring dan masih memegang kecintaanku
Lalu memejamkan mata

Kemudian
Aku ingin melanjutkan lagi kecintaanku itu di surga!
Waktuku masih sangat panjang

Minggu, 13 November 2016

Pertemukanlah

Aku sangat menginginkan hujan membasahi sekujur tubuhku hari ini. Aku berkeliling mencarinya dan ini adalah waktu yang tepat. Pikirku. Aku membayangkan betapa nikmatnya. Tanpa jas hujan dan tanpa ketakutan. Hanya kebahagiaan. Akan tetapi aku tidak menemukan. Hanya sedikit saja air yang jatuh. Rupanya titik-titik air itu belum jatuh cinta pada keinginanku.

Ketika aku tidak menginginkannya. Mendung datang bertubi-tubi dan menjadi pemandangan yang menyeramkan. Belum sempat aku berhenti membenci. Hujan segera menghampiri. Membasahi. Melukai.

Kadang aku tidak menginginkan hujan. Kadang aku sangat menginginkannya. Mendambakannya. Namun aku bukan pencipta hujan. Aku hanya bisa menginginkannya. Tidak bisa membelinya. Hanya bisa mengharapkannya. Benar-benar belum berjodoh. Siapakah yang punya kuasa mempertemukan kita?

Mungkin besok aku sudah membencinya! Tidak ingin bertemu dengannya. Jangan-jangan hujan telah lebih dulu membenciku. Hari ini. Hari di mana dia tidak mau bertemu denganku.

Rabu, 02 November 2016

Mengunjungi Diri Sendiri

Siapa berkelakar bahwa tubuh adalah penjara jiwa? Siapa berujar bahwa sebenarnya jiwa menjadi penjajah abadi tubuh?

Jalan untuk menyatukan mereka pasti ada karena mereka bisa bekerjasama dengan baiknya. Mereka telah menjadi satu sejak tangis pertama terjadi. Seiring berjalannya waktu mereka bisa saling jatuh cinta dan mereka juga pernah merasakan bagaimana rasanya berada dalam perbedaan.

Ada tubuh-tubuh yang tidak mendukung jiwa. Ada jiwa-jiwa yang tidak menghargai tubuh. Mereka saling menyalahkan dalam kesatuan.

Ketika dalam perjalanan. Apa yang paling mengesankan? Tiap orang punya pengalamannya masing-masing. Tidak salah bila aku harus memilih menikmati perjalanan pada lorong-lorong jiwaku, puncak gunung emosiku, lautan harapanku, sudut-sudut gelap ketakutanku, atau mungkin cahaya yang bersinar di pucuk hatiku. Kuhapus semua lelahku untuk terus melakukan perjalanan pada malam-malam saat aku dalam ruangan berkasur itu.

Ritual mengunjungi diri sendiri. Kematian sisakan tulang bila hidup hanya seturut daging!

Rabu, 12 Oktober 2016

Berkatalah Seharusnya

Lebih baik berkata jancok seribu kali daripada berkata seharusnya namun tidak sekalipun melakukannya.

Mulailah senang mereka berlomba-lomba tentang kecerdasannya. Ide yang mengantariksa menembus lapisan ozon. Tidak terjangkau. Membumbung tinggi. Banggakah dengan itu? Kamu patut bangga. Layak sekali tidak mempermasalahkannya. Manusia muda yang masih bangga dengan kepalanya yang berceloteh tidak menemukan tanda titik padahal tangannya bisu tidak bisa berbicara sepatah kata. Haruskah kupatahkan rahangnya?

Teruslah berkata seharusnya karena menyaksikannya menggemaskan benar. Sebenarnya sangat bergairah mendengar kata-kata itu tiap malam sebelum tidur. Layak disebut dongengkah ide itu?

Rupanya kamu masih belum membangun jembatan dari kepalamu menuju tanganmu. Bangunlah jembatan itu. Mungkin kecerdasannya yang mengantariksa itu tetap membumi. Menginjakkan kaki di tanah.

Selasa, 04 Oktober 2016

Menjalarlah Hingga Lelah

Pada malam-malam. Di kala rintik-rintik hujan. Bunyi-bunyian membangunkan dari lelah yang belum menidurkan. Mulailah perjalanan dari pengelana yang tidak pernah paham arah dan tujuan. Haruskah kita ke sana? Sepertinya menikmatinya lebih berharga!

Kenapa pada saat-saat seperti ini. Pada malam-malam. Orang mulai kebingungan dan mengalami kalut yang tidak bisa dijabarkan. Mana? Aku tantang logika untuk menjelaskan. Bisa. Namun tidak pernah tuntas. Inilah rahasia yang tidak semestinya kepala jabarkan dengan arogannya.

Di kala bayangan telah bersatu dengan tubuh?

Ketika aku berjalan-jalan pada siang dan melihat bayangan. Kadang aku tidak mempedulikan. Kesibukan dunia telah menyita dan merampas pikiran hingga tidak sampai menjalar.

Pada malam-malam saat hujan. Pada malam-malam tanpa hujan. Pada malam-malam. Bayangan telah bersatu dengan tubuh. Mereka menjadi satu dan menjalarlah segala hal yang tidak pernah terpikirkan. Tidak penting berpikir tentang yang penting. Menjalarlah. Membayangkan!

Minggu, 21 Agustus 2016

Bilamana Sebuah Pintu

Berapa kali kamu akan mengetuknya?

Andaikata itu rumah orangtuamu. Andaikata itu rumah gurumu. Andaikata itu rumah teman baikmu. Andaikata itu rumah orang yang tidak pernah kamu kenal.
Andaikata kamu sangat membutuhkannya. Andaikata kamu tidak terlalu membutuhkannya. Andaikata kamu tidak membutuhkannya.

Berapa kali kamu akan mengetuk?

Mengetuk daun pintu. Banyak orang berbicara tentang perjuangan. Sebuah pedoman agar pintu itu dibukakan. Kamu tahu di balik pintu itu berpenghuni. Kamu mengetuknya berkali-kali.

Lalu sampai di mana kamu berhenti mengetuknya lagi. Bukan berarti kamu sedang lelah. Bukan berarti kamu sedang putus asa. Bukan berarti kamu berhenti berjuang. Lebih kepada kamu menghargai orang lain yang ada di balik pintu itu. Lebih kepada membuat kebebasan semakin hidup.

Pintu yang berbunyi karena ketukan bukan hanya masalah tentang bunyi itu didengarkan. Akan tetapi juga masalah tentang apa yang akan dilakukan setelah bunyi itu terdengar.

Jumat, 15 Juli 2016

Buat Apa

Buat apa mencintai orang yang mencintaimu? Semua orang melakukan hal itu. Akan tetapi buat apa mencintai orang yang tidak ingin dicintai. Mungkin saja bagimu itu cinta dan baginya bukan cinta!

Segala yang kamu lakukan. Apapun itu. Selalu ada yang siap menghardik. Bahkan hal baik sekalipun. Bagimu mungkin itu baik dan baginya itu tidak baik. Selalu saja seperti itu. Lalu apa yang harus kamu lakukan bila apapun yang kamu lakukan selalu saja menuai ancaman dan ketidaksetujuan? Buat apa?

Tidak ada yang percuma. Setidaknya dunia diisi orang-orang yang beragam. Selalu seru membuatnya menjadi ramai. Berisik. Lakukanlah. Kadang kamu tidak pernah tahu buat apa.

Tidak harus pula kamu memberi karena sudah menerima bukan? Tidak harus pula kamu mencintai karena sudah dicintai bukan? Walaupun cintamu tidak selalu diterima sebagai sebuah cinta. Tidak ada yang salah. Biarlah bumi berputar dan berisik. Kita tidak akan pernah tahu buat apa. Karena semuanya juga bisa dibuat-buat. Mengapa harus memikirkannya?

Selasa, 12 Juli 2016

Sudah Seperti Bernafas

Banyak yang berceloteh. Mengumpat. Makian! Bahkan mengangkat satu alis matanya. Sedikit menghembuskan nafas tengilnya. Mungkin terlontar senyum sinisnya pula. Ini adalah kebebasan mereka yang tidak perlu terlalu dalam kau campuri dan biarkanlah mereka menunjukkan dirinya. Memaparkan jati dirinya. Mendirikan eksistensinya.

Menulis. Tulisanmu seperti sebuah permohonan. Kamu panjatkan setiap saat sampai-sampai lupa bahwa ada permohonan yang sudah terkabulkan. Bila kamu menganggap lahirnya tulisan adalah sebuah permohonan yang kadang sampai merengek minta perhatian. Jangan pernah membaca!

Justru bukankah tulisan adalah sebuah bentuk perhatian. Kepadamu. Celetukku. Ini adalah sebuah perhatian tanpa meminta balasan. Bila kamu ingin diperhatikan. Bacalah!

Baiklah. Aku menulis di saat aku bersedih. Namun di saat bersuka, aku pun melakukannya. Di saat aku penuh. Di saat aku kosong. Di saat aku ramai. Di saat aku sepi. Ini sudah menjadi seperti nafas. Bila nafasku bau, janganlah engkau menciumnya. Menjauhlah. Bila kamu ingin menghentikannya. Lakukanlah bila mampu.

Di kala ide tidak ada. Aku akan mencarinya. Walau kadang kala idelah yang mencari. Dia hanya hinggap sebentar lalu aku akan menerbangkanya. Layaknya sebuah burung yang bebas dan aku tidak pernah peduli lagi ke mana burung itu akan terbang.